Langsung ke konten utama

Postingan

Postingan Terbaru

Mesti Nikah dengan Penghafal Al-Qur'an?

                                                uniqpost.com Suatu waktu saya pernah mendengar pertanyaan begini, “Apakah untuk mendapatkan pasangan hidup yang baik harus mencari salah satu dari para penghafal Al-Qur’an?” “Apakah seorang hafizh/hafizhah harus dapat pasangan hidup yang hafizh/hafizhah juga?” “Apakah yang dimaksud sekufu dalam pernikahan adalah itu (keduanya sama-sama penghafal Al-Qur’an)?” Karena beberapa pertanyaan itu, saya bersama kawan di asrama akhirnya tergerak juga untuk bertanya pada salah satu Ustadzah kami, beliau adalah ibu asrama di tempat kami tinggal saat ini. Kebetulan, saat kami bertanya perihal itu, bertepatan dengan saat-saat menjelang hari pernikahannya. Lebih kurang, begini beliau menjawab, “Sekufu itu bukan berarti harus selalu sama dalam berbagai hal. Termasuk soal penghafal atau bukan. Sekufu itu bisa d...
Postingan terbaru

Menulis: Satu Pekerjaan, Empat-Lima Hal Disadari

Bisa dibilang, mungkin saya termasuk orang yang sangat suka dunia kesastraan. Meskipun memang, saya baru sekadar (hanya) penikmat karya sastra dan sedang belajar meniti jalan ‘membuat karya’. Belum berada pada tahap menghasilkan ‘karya hebat’ sebagaimana para Sastrawan Indonesia lainnya. (Tapi nanti insya Allah, ya. Doakan saja) Jujur saja, saya menyadari hal ini baru sekitar dua tahun lalu, tepatnya pada awal tahun 2018. Saya masih sangat ingat, waktu itu adalah akhir semester 3 perkuliahan. Teman saya tiba-tiba berkata, “Put, menurut gue, elu ada bakat nulis deh”. Saya terkejut mendengarnya. Sedikit tersanjung (memang), tapi lebih merasa geli dan lucu. Saya menjawabnya sambil tertawa, “Apaan, sih! Haha… ada-ada aja, lu!”. Dia menjelaskan dengan kalimat lebih kurang seperti ini, “Eh, beneran. Menurut gue, elu punya kepekaan dan pemahaman yang lebih tentang kepenulisan dibandingkan gue dan temen-temen yang lain”. Hari berlalu, ucapan teman saya sukses membuat saya ...

Hadiah Terbaik

Semangat turun, itu wajar. Jangankan sekadar semangat, iman pun demikian. Tapi ini bukan alasan untuk berleha-leha dan tidak melanjutkan apa yang sedang diperjuangkan. Katanya, kalau sedang tidak semangat, salah satu caranya adalah dengan mengingat kembali “apa alasannya” atau “motivasi utamanya apa”. Dan saya setuju dengan itu. Sampai saat saya menulis ini, sejujurnya saya sedang dalam kondisi turun semangat. Namun justru pada saat-saat seperti ini, saya menggali lagi ingatan masa lalu yang mengantarkan saya sampai titik ini. Momen yang saya sebut sebagai “hadiah terbaik”. Memang betul, seumur-umur saya hidup, hal ini yang menjadi “hadiah terbaik” yang Allah beri untuk saya. Ini adalah tentang memori yang sangat indah dan mengharukan. Tahun 2018 tepat tanggal 28 Januari, saya ikut kajian Ustadz Adi Hidayat dengan tema Peringatan Hari Al-Qur’an di Masjid Istiqlal. Tidak banyak materi kajian yang saya ingat, namun ada satu bagian yang sangat berkesan. Beliau sempat me...

Berbicara Menikah

Banyak yang alergi membicarakan ini, termasuk mereka yang lahir di tahun 90-98an (yang masih menjomblo). Orang-orang yang alergi itu biasanya yang menganggap kalau menikah itu “hanya tentang penyaluran hasrat”, jadi yang membicarakannya terkesan orang yang ganjen. SALAH BESAR. Berbicara menikah gak sekedar tentang itu, tapi jauh lebih luas. Berbicara menikah berarti berbicara tentang bagaimana generasi masa depan nantinya. Apa hubungannya? Ya jelas ada hubungannya banget. Ini bukan pembelaan ya. Tapi coba kita pikirkan lagi, kalau kita gak pernah membicarakan menikah, apakah kita akan belajar tentang parenting, komunikasi keluarga yang efektif, perkembangan anak, expert mommy and daddy, dan segala macam terkait kehidupan keluarga? Sepertinya tidak. Hanya karena menikah menjadi salah satu tujuan yang akan dicapai, orang-orang mulai belajar tentang hal-hal yang menunjang keberlangsungan kehidupan keluarga yang baik. Tapi sayang banget, masih banyak juga yang gak peka ...

Belum Ada Judul (3)

Bagi sebagian orang, memiliki masa lalu yang tidak baik mungkin cukup memalukan. Bahkan beberapa orang sulit tuk menerima dan menghargai keadaan diri sendiri saat ini. Terkadang rasa penyesalan terlalu besar dan mengalahkan kelapangan hati yang ingin memaafkan diri. Saat diri dianggap baik oleh orang lain, rasa sulit menerima diri semakin menjadi. Karena kebaikan di mata orang lain inkongruen dengan kenyataan bahwa orang-orang hanya melihat dan menerima sisi baik diri. Terbersit dalam pikir kecurigaan bahwa orang-orang itu akan menjauhi saat tahu keburukan diri. Namun, masa lalu akan tetap jadi masa lalu. Sesuatu yang sudah terjadi tidaklah bisa diubah. Masa kini dan esok, hiduplah pada masa itu. Saat hati dan diri sudah bisa keluar dari ingatan buruk masa lalu dan lebih menjadikannya sebagai pelajaran (konotasi positif) bukan penyesalan (konotasi negatif), disitulah kelapangan hati bisa menerima diri sepenuhnya. Indahnya menerima diri bergantung bagaimana cara pandang mat...

Rekam Jejak

“alasan saya menulis karena saya ingin meninggalkan jejak” Setelah sempat berpikir untuk tak menulis lagi, akhirnya aku seolah mendapat semangat baru dari kata-kata konselor sekaligus blogger itu. Dia beranggapan bahwa tak semua orang bisa mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakan melalui kata-kata. Menurutnya, menulis itu hal yang harus tetap dilanjutkan dan terus dikembangkan. Dengan menulis kita bisa melihat rekaman jejak kita dan mempelajarinya kembali ketika kita sudah mulai lupa. Tak hanya itu, menulis juga sebagai salah satu cara melatih kemampuan otak kita tuk berpikir dan mengkombinasikan kata yang telah kita pelajari di masa lalu. Pun, menulis bisa dijadikan sebagai salah satu media tuk menginspirasi orang lain, meski tak semua orang suka dengan tulisan kita. Selera setiap orang tentu berbeda-beda bukan? Tentu kita tahu bahwa dunia ini sungguh membosankan jika semuanya sama. Maka perbedaan dalam hal apapun sebenarnya wajar saja. Kritikan, alasan terbesarku yang s...

Welcome to The Real World (khusus untuk anak SMA yang baru lulus)

Kali ini, gue mau cerita seputar pengalaman gue di bidang akademik selama menjalani kuliah 1 tahun alias 2 semester. Tapi, sebelum kita caww ke cerita gue, gue mau ngucapin congratulations and welcome to the real world buat temen-temen yang sudah diterima di universitas yang diimpikannya. Dan buat temen-temen yang belum dapat, tenang, masih bisa berjuang di tahap ujian mandiri atau pilih swasta juga tak masalah ya kan! Dan buat temen-temen yang belum dapat juga, jangan khawatir yo, kamu tak sendirian karena gue pribadi pun, pernah mengalami masa-masa penuh dengan rasa minder, hehe tapi harus tetap yakin kamu bisa melewati ini semua! (buktinya gue masih hidup) :D Jadi begini, pertama kuliah itu transisinya amat sangat terasa. Kamu harus belajar dengan sistem yang berubah 180⁰, benar-benar tak seperti SMA.  Selain sistemnya beda, waktu KBM pun lebih lama. Dan yang paling penting, jangan kaget dengan manusia yang paling berlagak ala-ala dewa ( uhukkk ) dosen maksudnya. Kenapa a...