Langsung ke konten utama

Belum Ada Judul (2)

Belakangan ini gue merasa “bukan puput banget”. Dari mulai keinginan untuk hijrah, dari kebiasaan yang udah mulai berubah, dari pergaulan yang mulai beda, dari ikut-ikut kegiatan yang udah mulai pindah haluan, intinya ini sedikit keluar dari zona nyaman. Entah perasaan gue atau memang bener, gue merasa gak bisa mengembangkan diri gue, progres untuk mengembangkan potensi diri malah menurun setelah gue kuliah -_-

Terkadang gue sedikit iri melihat temen-temen gue yang terus meningkat di bidangnya, yang ikut-ikut organisasi yang udah keren, yang hijrahnya kayaknya udah istiqomah, yang mulai bisa mencapai impiannya. Mereka terlihat bahagia, dan dengan bangga menunjukkan kebahagiaannya pada dunia.
Tapi tidak dengan gue. Gue sampai sekarang masih mencari. Terkadang gue merasa nyaman pada suatu posisi, tapi setelah dipikirkan ternyata ini bukan gue. Entah apa yang salah. Tapi beberapa orang pun mulai merasa kalau gue memang beda, gak kaya dulu. Gue gak tau maksudnya ‘gak kaya dulu’ itu lebih baik atau lebih buruk.

Di sisi lain, gue juga inget sama kata-kata gue sendiri “untuk berkembang itu harus berani keluar dari zona nyaman, terus bertahan, dan dapat!”. Tapi gue gak tau apakah gue sedang proses keluar dari zona nyaman gue menuju yang lebih baik atau sebaliknya.

Mungkin ini teguran, saat dulu gue menikmati masa-masa sedikit menjadi emas dalam suatu bidang dan gue merasa nyaman di dalamnya tanpa gue berfikir setelah ini gue akan kemana dan mau apa. Gue yang sempat leha-leha dan bangga dengan diri gue sendiri tanpa memperhatikan manfaat diri gue buat orang lain atas sesuatu yang gue banggakan itu. Ahhh sudahlah, perbaiki!

Hanya sekedar mengingatkan, untuk temen-temen yang sedang merasa nyaman dalam zonanya, siapkan seandainya temen-temen harus keluar dari zona itu. Karena persiapan itu matang, gak mepet. Jangan sampai temen-temen bangga dengan diri temen-temen dan terbuai di dalamnya. Jangan sampai kayak gue. Walaupun kita tetap harus mencintai diri kita seutuhnya. Dan yang terpenting, manfaatkan kehidupan dan berikan manfaat pada kehidupan kita sebaik mungkin.

Komentar

  1. Fokus apa yg dilakukn krg put, suatu saat psti dpt hasilnya yg blum tntu orglain dpt...smua ada porsinya.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

kamu bebas berkomentar di sini

Postingan populer dari blog ini

Ucapan itu Emang Doa

Gue baru sadar, ternyata apa yang gue bilang di postingan gue yang ke dua (Porsi yang Pas dari-Nya) itu beneran kejadian. Di akhir gue sempat bilang " Sekarang bagi gue swasta atau negeri ga masalah, kembali ke diri masing-masing. Bagaimana kita bisa mengoptimalkan diri kita " . Dari situ, entah kenapa diri gue seolah terpacu untuk mengoptimalkan kemampuan yang gue bisa, kemampuan yang ada dalam diri gue. Ini rasanya lebih bersemangat dibandingkan saat gue SMA dulu. Dan di postingan yang sebelum ini (saat candaan berubah konteks) itu adalah salah satu bumbu dari masa-masa gue yang berusaha (nyolong start) satu langkah lebih dahulu dari temen gue. Sebenarnya niat gue bukan untuk satu langkah lebih dari temen-temen gue (orang lain), tapi satu langkah maju dan lebih baik dari diri gue yang sebelumnya. Kalau sebelumnya gue banyak leha-leha, gue sekarang pengen banget berusaha buat enggak leha-leha lagi. Belum saatnya gue buat santai. Tapi karena saat itu gue lebih tertar...

Porsi yang Pas dari-Nya

Gue belum keterima kuliah dimana-mana, bahkan gue udah tiga kali ditolak sama PTN impian gue. Di situ gue ngerasa betapa amat sangat bodohnya gue, saat orang-orang di sekitar gue udah pada hebat, ada yang keterima di PTN impiannya lewat jalur SNMPTN, SBMPTN dan Ujian Mandiri, ada yang Juara OPSI Kabupaten dan lanjut ke tingkat Nasional, ada yang bisa ikut ke Lombok gratis dan ikut Kongres Anak Indonesia di sana, ada yang jadi Duta Anak Jawa Barat, ada yang udah pernah jadi Duta Remaja, ada yang jadi ketua organisasi tingkat kabupaten, ada yang udah pernah ke luar negeri gara-gara prestasinya, ada yang udah jadi pembicara dan sering dipanggil kemana-kemana bahkan sampai ke luar pulau, ada yang ikut organisasi-organisasi internasional dan namanya udah famous banget, dan masih banyak lagi. Sedangkan gue untuk masuk PTN aja ngga bisa. Di situ gue ngerasa diri gue ga ada kelebihannya sama sekali. Malam itu saat pengumuman hasil Seleksi Mandiri Masuk PTN, bener-bener gue berharap gue ba...

Mesti Nikah dengan Penghafal Al-Qur'an?

                                                uniqpost.com Suatu waktu saya pernah mendengar pertanyaan begini, “Apakah untuk mendapatkan pasangan hidup yang baik harus mencari salah satu dari para penghafal Al-Qur’an?” “Apakah seorang hafizh/hafizhah harus dapat pasangan hidup yang hafizh/hafizhah juga?” “Apakah yang dimaksud sekufu dalam pernikahan adalah itu (keduanya sama-sama penghafal Al-Qur’an)?” Karena beberapa pertanyaan itu, saya bersama kawan di asrama akhirnya tergerak juga untuk bertanya pada salah satu Ustadzah kami, beliau adalah ibu asrama di tempat kami tinggal saat ini. Kebetulan, saat kami bertanya perihal itu, bertepatan dengan saat-saat menjelang hari pernikahannya. Lebih kurang, begini beliau menjawab, “Sekufu itu bukan berarti harus selalu sama dalam berbagai hal. Termasuk soal penghafal atau bukan. Sekufu itu bisa d...