Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Belum Ada Judul (3)

Bagi sebagian orang, memiliki masa lalu yang tidak baik mungkin cukup memalukan. Bahkan beberapa orang sulit tuk menerima dan menghargai keadaan diri sendiri saat ini. Terkadang rasa penyesalan terlalu besar dan mengalahkan kelapangan hati yang ingin memaafkan diri. Saat diri dianggap baik oleh orang lain, rasa sulit menerima diri semakin menjadi. Karena kebaikan di mata orang lain inkongruen dengan kenyataan bahwa orang-orang hanya melihat dan menerima sisi baik diri. Terbersit dalam pikir kecurigaan bahwa orang-orang itu akan menjauhi saat tahu keburukan diri. Namun, masa lalu akan tetap jadi masa lalu. Sesuatu yang sudah terjadi tidaklah bisa diubah. Masa kini dan esok, hiduplah pada masa itu. Saat hati dan diri sudah bisa keluar dari ingatan buruk masa lalu dan lebih menjadikannya sebagai pelajaran (konotasi positif) bukan penyesalan (konotasi negatif), disitulah kelapangan hati bisa menerima diri sepenuhnya. Indahnya menerima diri bergantung bagaimana cara pandang mat...

Rekam Jejak

“alasan saya menulis karena saya ingin meninggalkan jejak” Setelah sempat berpikir untuk tak menulis lagi, akhirnya aku seolah mendapat semangat baru dari kata-kata konselor sekaligus blogger itu. Dia beranggapan bahwa tak semua orang bisa mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakan melalui kata-kata. Menurutnya, menulis itu hal yang harus tetap dilanjutkan dan terus dikembangkan. Dengan menulis kita bisa melihat rekaman jejak kita dan mempelajarinya kembali ketika kita sudah mulai lupa. Tak hanya itu, menulis juga sebagai salah satu cara melatih kemampuan otak kita tuk berpikir dan mengkombinasikan kata yang telah kita pelajari di masa lalu. Pun, menulis bisa dijadikan sebagai salah satu media tuk menginspirasi orang lain, meski tak semua orang suka dengan tulisan kita. Selera setiap orang tentu berbeda-beda bukan? Tentu kita tahu bahwa dunia ini sungguh membosankan jika semuanya sama. Maka perbedaan dalam hal apapun sebenarnya wajar saja. Kritikan, alasan terbesarku yang s...